Naura, again
“Jadi Aden beneran diizinin ngampus?” Tanya Dion dengan penuh pengertian, setelah selesai mendengarkan sedikit penjelasan yang diucapkan Aden.
Ngomong-ngomong sekarang ini mereka bertiga sedang duduk di kursi yang tempatnya berada di belakang gedung studio musik. Ide dari Juan. Karna katanya, gak akan mungkin ada mahasiswa yang lewat ke belakang gedung studio, itu sama aja kurang kerjaan. Sebab, sudah tidak ada ruang ataupun gedung di belakang studio musik ini. Hanya ada halaman luas yang di penuhi pohon dan bebungaan.
Kembali lagi kepada tiga anak adam yang masih setia duduk di belakang gedung. Lebih tepatnya hanya Aden yang duduk. Dion berjongkok di hadapan Aden sedangkan Juan berdiri dengan kedua tangan yang dilipat di dada. Mendengarkan percakapan dua orang di hadapannya dengan seksama.
Aden mengangguk semangat. “Hum!”
“Diizinin suka rela atau Aden ngerengek dulu baru diizinin?” Juan ikut bersuara seraya menatap Aden meminta jawaban. Sebab, ia tahu Rayden tidak akan dibiarkan keluar jika sudah mode Aden seperti ini.
Menghela nafas sejenak, Aden menunduk lalu menjawab pelan. “Ngerengek dulu. Aden marah-marah sama Kak Atha. Mau gak mau Kak Atha akhirnya ngizinin, tapi katanya ndda boleh macem-macem kalo ndda mau Rayden marah.”
Laki-laki dengan mata boba itu mendongak, menatap Dion dan Juan secara bergantian. “Rayden marah ya sama Aden?” Bibirnya mengerucut ke bawah. Membuat Dion maupun Juan gemas bukan main.
“Enggak, kok.” Akhirnya keheningan yang terjadi beberapa menit yang lalu dipecahkan oleh suara Dion.
“Tadi kamu ngapain berdiri di depan gedung ini sendirian?” Juan mengambil langkah lalu duduk di samping Aden.
“Nungguin Kakak cantik. Katanya, dia mau nge-angeutin susu na Aden. Terus Aden disuruh nungguin di depan sana.”
“Kakak cantik?” Ulang Juan sambil menatap Aden tak mengerti.
Mengernyitkan dahinya heran, Dion bertanya. “Siapa?”
“Eung..” Aden mendadak linglung. Baru sadar bahwa ia tidak tahu siapa nama Kakak cantik itu. Matanya langsung berbinar kala menemukan satu objek yang sedaritadi menjadi topik pembicaraan. “KAKAK CANTIK!”
Mendengar seruan si bocah lucu, dengan kompak Dion dan Juan menoleh ke samping. Hanya untuk menemukan Naura dengan dot di tangannya juga dengan raut wajah yang bingung.
Naura, lagi.